Mahasiswa China Terancam Dikeluarkan Karena Kasus Seksual: Isu Privasi dan Hak Perempuan











2025-07-17T04:55:52Z

Bayangkan jika keputusan buruk dalam kehidupan pribadi Anda bisa mengubah masa depan Anda selamanya. Ini adalah kenyataan yang dihadapi seorang mahasiswi China bernama Li, yang terancam dikeluarkan dari universitasnya setelah terlibat dalam hubungan intim dengan seorang gamer Ukraina berusia 37 tahun. Kasus ini telah memicu perdebatan besar di seluruh China tentang privasi dan hak perempuan.
Dalian Polytechnic University kini berencana untuk memecat Li karena tindakannya dianggap merusak "martabat nasional". Tindakan ini menimbulkan kehebohan di media sosial, di mana banyak orang berpendapat bahwa universitas mengambil langkah yang terlalu ekstrem dan tidak memperhatikan privasi Li.
Gamer tersebut, Danylo Teslenko, lebih dikenal sebagai “Zeus”, mengejutkan Li ketika ia memposting foto dan video pribadi mereka secara online setelah hanya satu malam bersama. Selain itu, ia dilaporkan menyebut Li sebagai "gadis yang mudah". Yang lebih mengejutkan, Teslenko juga memiliki anak dari pernikahan sebelumnya.
Li, yang diketahui memiliki pacar saat terlibat dengan Teslenko, kini dihadapkan pada konsekuensi menyakitkan dari kebocoran informasi pribadinya. Para penggemar Teslenko menyebarluaskan rekaman tersebut, mengungkapkan identitas lengkap Li, termasuk namanya dan rincian keluarganya. Beberapa pria bahkan menghubungi universitas, mendesak agar Li diberi hukuman.
Universitas merespons dengan mengungkapkan nama lengkap Li dan menuduhnya memilih untuk "bersosialisasi dengan orang asing secara tidak pantas dan merusak martabat nasional serta reputasi sekolah". Mengerikan, bukan? Banyak orang di internet berpendapat bahwa reaksi universitas ini terlalu keras dan melanggar hak privasi Li.
Di tengah kontroversi ini, gamer tersebut mengklaim menyesal telah membagikan video tersebut, sambil membantah tuduhan tentang status pernikahannya dan sebutan “gadis yang mudah” untuk perempuan China, mengklaim bahwa kata-katanya mungkin telah disalahartikan.
Li memiliki kesempatan untuk mengajukan banding terhadap keputusan universitas hingga 7 September, namun hingga saat ini, dia belum mengambil tindakan. Menurut seorang pengacara yang diwawancarai oleh Fengmian News, sekolah tidak memiliki alasan hukum yang kuat untuk memecatnya, karena aturan pemecatan siswa tidak mencakup kasusnya. Banyak pengacara lain juga menyarankan agar Li mendapatkan bantuan hukum.
Saat ini, banyak yang percaya bahwa kasus ini mencerminkan bias terhadap perempuan di lingkungan pendidikan. Orang-orang semakin mempertanyakan tentang privasi dan kesetaraan gender di universitas-universitas.
Reaksi di media sosial pun beragam, dengan banyak pengguna merasa bahwa hukuman yang dijatuhkan terlalu berat dan tidak adil. Mereka berargumen bahwa privasi Li tidak dihargai, dan dalam kasus serupa yang melibatkan pria, nama mereka sering kali disembunyikan dan hukuman diberikan dengan lebih ringan.
Menariknya, seorang pengguna mengingat kasus "Paman Merah" yang menjadi viral di China. Seorang pria berusia 38 tahun bernama Jiao sebelumnya ditangkap setelah berpura-pura menjadi wanita, melakukan hubungan seksual dengan pria, merekam mereka secara diam-diam, dan membagikan video tersebut. Keduanya, Li dan Jiao, memberikan wawasan tentang dua sisi dari isu privasi dan seksualitas di China.
Banyak yang percaya bahwa dalam kasus ini, Li adalah korban sejati dari situasi yang sangat tidak adil.
Hana Takahashi
Source of the news: Mint