Misteri Pemecatan Mahasiswa di Tiongkok: Apakah Ini Terlalu Jauh?










2025-07-18T01:38:00Z
Pernahkah Anda membayangkan dikeluarkan dari universitas hanya karena interaksi pribadi yang dianggap tidak pantas? Inilah yang terjadi pada seorang mahasiswa perempuan di Tiongkok yang dipecat oleh universitasnya, Dalian Polytechnic University, karena ‘merusak martabat nasional’ setelah dituduh berinteraksi tidak pantas dengan seorang pria asing. Keputusan ini memicu gelombang protes di media sosial Tiongkok, dengan banyak yang mempertanyakan apakah universitas seharusnya mencampuri kehidupan pribadi mahasiswanya.
Dalam pengumuman yang ditayangkan pekan lalu, universitas di timur laut Tiongkok itu mengumumkan bahwa mahasiswa tersebut akan dipecat dalam waktu 60 hari. Mereka merujuk pada peraturan universitas yang melarang ‘interaksi tidak pantas dengan orang asing yang merusak martabat nasional’. Namun, rincian mengenai apa yang dimaksud dengan ‘perilaku tidak pantas’ itu tidak diungkapkan.
Kasus ini menjadi sorotan di berbagai platform media sosial, seperti Xiaohongshu dan Douyin, versi Tiongkok dari TikTok, di mana ribuan komentar muncul, banyak yang mempertanyakan hak universitas untuk menilai kehidupan pribadi mahasiswi tersebut. Dengan menyebut nama mahasiswa tersebut, meskipun tidak diterbitkan oleh AP demi menjaga privasi, universitas seolah-olah menjadikan wajahnya simbol masalah yang lebih besar dalam masyarakat Tiongkok.
Isu ini juga menyoroti berbagai permasalahan di Tiongkok, termasuk bias gender dan dorongan nasionalisme yang semakin kuat. Beberapa pengguna internet di Tiongkok menghubungkan mahasiswa yang dipecat dengan video yang diunggah oleh Danylo Teslenko, seorang gamer profesional dari Ukraina, yang memperlihatkan momen intimnya dengan seorang wanita yang tampak Asia di sebuah hotel. Meskipun AP tidak dapat mengonfirmasi apakah wanita dalam video tersebut adalah mahasiswa yang dipecat, reaksi di media sosial menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam.
Beberapa komentar di media sosial menyebutkan bahwa tindakan universitas tersebut mencerminkan ‘gaya Taliban’, di mana suatu bangsa atau kelompok mengklaim hak atas tubuh wanita. Pertanyaan muncul, akankah seorang pria Tiongkok dianggap sebagai ‘kebanggaan nasional’ jika berhubungan dengan wanita asing? Ini membawa kita pada refleksi lebih dalam tentang bagaimana masyarakat memandang hubungan antar gender dan identitas nasional.
Surat kabar negara, The Paper, mengkritik kebijakan universitas yang mempublikasikan nama lengkap mahasiswa tersebut sebagai ‘tidak pantas’ dan mungkin melanggar Undang-Undang Perlindungan Informasi Pribadi. “Tidak pantas untuk mengaitkan urusan pribadi ke ranah publik untuk dibahas secara terbuka,” tulis The Paper.
Sementara itu, Teslenko mengonfirmasi bahwa ia pernah memposting “beberapa video di Telegram dengan seorang gadis yang ia temui di Shanghai”, namun video tersebut dihapus segera setelah ia memahami keseriusan situasinya. Ia menegaskan bahwa tidak ada konten eksplisit atau yang tidak menghormati dalam video tersebut, dan menolak stereotip bahwa ‘gadis Tiongkok itu mudah’.
Kedua individu ini bertemu di final Perfect World Shanghai Major, sebuah kompetisi game yang diadakan pada bulan Desember 2024. Hingga berita ini diturunkan, universitas belum memberikan tanggapan terkait email yang dikirimkan.
George Bennett
Source of the news: AP News