Kenaikan Suhu Musim Dingin di Arktik: Kenyataan Mengejutkan yang Harus Kita Hadapi!
2025-07-21T09:00:01Z

Selamat datang di dunia yang sedang terancam! Apakah kamu tahu bahwa musim dingin di Arktik kini tak lagi sama? Menurut sebuah komentar terbaru yang diterbitkan di Nature Communications oleh Dr. James Bradley, seorang Ahli Lingkungan di Queen Mary University of London, serta timnya, telah terjadi perubahan dramatis dan mengkhawatirkan dalam iklim musim dingin di Arktik.
Pada bulan Februari 2025, saat melakukan penelitian di Svalbard, para peneliti menemukan suhu yang sangat tinggi, mencairnya salju secara luas, dan tumbuhan yang mulai bermekaran. Svalbard, yang hangat dengan laju enam hingga tujuh kali lebih cepat dari rata-rata global, kini berada di garis depan krisis iklim, dengan suhu musim dingin yang meningkat hampir dua kali lipat dari rata-rata tahunan.
Dalam komentarnya, Dr. Bradley menekankan bahwa pemanasan musim dingin di Arktik bukan lagi pengecualian, tetapi merupakan fitur baru dari sistem iklim yang telah sangat berubah. Ini jelas menantang asumsi lama tentang musim dingin Arktik yang selalu membeku. "Berdiri di genangan air di depan gletser, atau di tundra hijau yang telanjang, sungguh mengejutkan dan surreal," kata Dr. Bradley menggambarkan pengalamannya. "Salju tebal yang menutupi lanskap hilang dalam hitungan hari. Peralatan yang saya bawa terasa seperti barang antik dari iklim yang berbeda."
Tim peneliti, yang biasanya bersiap menghadapi dinginnya musim dingin dengan lapisan thermal, sarung tangan tebal, dan jaket berisolasi, mendapati diri mereka bekerja tanpa pelindung di tengah hujan di gletser. Laura Molares Moncayo, seorang mahasiswa Ph.D. di Queen Mary dan Museum Sejarah Alam yang juga terlibat dalam studi tersebut, menambahkan, "Tujuan ekspedisi kami adalah untuk mempelajari salju yang baru turun. Namun selama periode dua minggu, kami hanya mampu mengumpulkan salju segar sekali, karena sebagian besar presipitasi datang dalam bentuk hujan. Kekurangan salju di tengah musim dingin ini meruntuhkan kemampuan kami untuk menetapkan baseline yang representatif untuk proses musim beku."
Bukan hanya rencana pengambilan sampel yang terganggu, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang seberapa aman atau layak penelitian musim dingin di bawah kondisi yang cepat berubah ini. Pengalaman langsung ini mengonfirmasi proyeksi lama tentang penguatan iklim Arktik, tetapi juga menekankan kecepatan mengkhawatirkan di mana perubahan ini terjadi.
Melampaui ambang leleh 0° C memiliki dampak transformasional pada lingkungan fisik, dinamika ekosistem lokal, dan metodologi pelaksanaan riset ilmiah di Arktik selama musim dingin. Implikasi dari perubahan cepat musim dingin ini bagi ekosistem Arktik sangat luas; peristiwa pemanasan musim dingin dapat mengganggu segalanya, mulai dari siklus karbon mikroba hingga kelangsungan hidup satwa liar Arktik.
Peristiwa ini juga dapat menciptakan umpan balik, mempercepat pencairan permafrost, degradasi karbon mikroba, dan pelepasan gas rumah kaca. Air lelehan yang tertampung di atas permukaan tanah yang beku, membentuk danau sementara yang besar, mengurangi tutupan salju menjadi nol di area luas, semakin mengekspos permukaan tanah yang telanjang dan menyebabkan ledakan aktivitas biologi yang meluas.
Dalam komentarnya, Dr. Bradley menyerukan tindakan mendesak dan menyoroti implikasi kebijakan yang kritis. "Kebijakan iklim harus mengejar kenyataan bahwa Arktik berubah jauh lebih cepat dari yang diperkirakan, dan musim dingin berada di jantung pergeseran itu," katanya. Dr. Bradley juga menekankan perlunya investasi yang lebih besar dalam pemantauan Arktik di musim dingin, untuk memahami dan mengumpulkan data yang sangat dibutuhkan mengenai sistem Arktik pada musim yang paling cepat berubah ini.
Lebih lanjut, para penulis berpendapat bahwa pengambilan keputusan harus beralih dari strategi reaktif ke antisipatif, dengan mengakui musim dingin sebagai musim risiko yang kritis. Tantangan yang dihadapi oleh pangkalan ilmiah yang sudah dilengkapi dengan baik akibat pemanasan pertengahan musim dingin menunjukkan tekanan besar yang mungkin dihadapi oleh komunitas Pribumi Arktik yang terpencil, infrastruktur mereka, transportasi, dan respons darurat.
Keadaan tak terduga selama penelitian lapangan, termasuk salju yang tipis dan lengket yang menghalangi akses kendaraan salju ke lokasi penelitian, memaksa para peneliti untuk mempertimbangkan kembali bagaimana dan bahkan apakah mereka bisa melanjutkan penelitian musim dingin seperti biasa. Ini juga menghadirkan kekhawatiran baru tentang keselamatan, termasuk upaya penyelamatan dan kemampuan para peneliti untuk cepat kembali ke stasiun penelitian jika mereka bertemu beruang kutub saat bekerja di lapangan.
Komentar yang berjudul "Pemanasan Musim Dingin Svalbard Mencapai Titik Leleh" ini menjadi pengingat yang tajam mengenai kecepatan perubahan iklim di Arktik, menekankan bahwa anomali ini adalah kenyataan baru di Arktik.
Malik Johnson
Source of the news: Phys.org