Loading Articles!

Kecelakaan Pesawat Angkatan Udara Bangladesh: Mahasiswa Protes Setelah Tragedi Mematikan!

Alejandro Gómez
Alejandro Gómez
"Tragedi yang sangat menyedihkan! Semoga keadilan segera datang!"
Lian Chen
Lian Chen
"Kenapa pesawat tua masih digunakan? Harus ada tindakan tegas!"
Darnell Thompson
Darnell Thompson
"Ini gila! Nyawa beberapa orang hilang hanya karena kelalaian!"
Hiroshi Nakamura
Hiroshi Nakamura
"Gimana ya rasanya jadi orang tua korban? Pasti hancur hati mereka."
Jean-Pierre Dubois
Jean-Pierre Dubois
"Sungguh mengejutkan melihat generasi muda berjuang untuk keadilan!"
Sergei Ivanov
Sergei Ivanov
"Wow, suara pesawat itu pasti mengerikan! Saya tidak bisa membayangkannya."
Jean-Michel Dupont
Jean-Michel Dupont
"Semoga para korban cepat mendapatkan keadilan! 🙏"
Jessica Tan
Jessica Tan
"Kalau pemerintah tidak bertindak, protes ini bisa semakin besar!"
Samuel Okafor
Samuel Okafor
"Kapan kita bisa mempercayai sistem keamanan kita lagi?"
Zanele Dlamini
Zanele Dlamini
"Pesawat tua, masa depan muda. Apakah itu adil?"
Marcus Brown
Marcus Brown
"Beberapa dari kita harus belajar dari tragedi ini agar tidak terulang!"

2025-07-22T16:26:57Z


Mengapa kita harus berjuang untuk keadilan? Ratusan mahasiswa berkumpul di Dhaka, Bangladesh, menuntut pertanggungjawaban setelah pesawat pelatihan Angkatan Udara jatuh ke sekolah, merenggut nyawa 31 orang, termasuk 25 siswa. Tragedi ini tak hanya menyisakan duka, tetapi juga kemarahan yang membara di hati generasi muda.

Pada hari Selasa, 22 Juli 2025, para mahasiswa melancarkan aksi protes besar-besaran di dekat lokasi kecelakaan pesawat Angkatan Udara Bangladesh yang menghantam sekolah. Mereka berteriak meminta keadilan, kompensasi bagi keluarga korban, dan penghentian penerbangan pelatihan. Peristiwa tragis ini terjadi di tengah upaya pemulihan Dhaka dari gelombang protes mahasiswa yang sebelumnya berhasil menjatuhkan perdana menteri.

Kecelakaan ini menambah ketegangan di Dhaka, di mana lalu lintas pun lumpuh akibat protes. Ketika para mahasiswa memasuki gedung administrasi negara, mereka diusir menggunakan gas air mata dan granat kejut. Dalam tragedi ini, jumlah korban tewas meningkat menjadi 31, termasuk seorang guru yang terbakar saat berusaha menyelamatkan siswa, dan pilot yang menerbangkan pesawatnya untuk pertama kali.

Pemerintah Bangladesh mengumumkan hari berkabung nasional. Militer pun mulai menyelidiki penyebab kecelakaan di kawasan padat penduduk Uttara. Sementara itu, hakim di Pengadilan Tinggi meminta dibentuknya tim teknis untuk menyelidiki insiden ini. Para mahasiswa menginginkan identitas korban dan rincian jumlah korban yang jelas. Mereka juga menuntut agar Angkatan Udara menghentikan penggunaan pesawat pelatihan yang dinilai sudah tua dan tidak aman.

Pernyataan siswa yang enggan disebutkan namanya kepada wartawan menegaskan: “Jumlah pasti orang yang tewas dan terluka harus diumumkan.” Protes semakin memanas ketika dua pejabat senior pemerintah tiba di lokasi dan siswa memaksa mereka untuk mundur. Setelah sembilan jam, mereka akhirnya diizinkan keluar dengan pengawalan ketat.

Di seluruh Dhaka, para mahasiswa berhasil menerobos barikade keamanan dan memasuki kompleks Sekretariat Bangladesh, di mana mereka disebarkan dengan granat kejut. Beberapa laporan menyebutkan sekitar 80 siswa terluka akibat serangan aparat. Mereka menuntut pengunduran diri salah satu penasihat pemerintah yang dianggap mengabaikan pengumuman penting di tengah hari berkabung.

Mahasiswa bernama Smriti, yang menyaksikan kecelakaan tersebut, mendeskripsikan momen mengerikan ketika pesawat jatuh. “Suara pesawat begitu nyaring sehingga terasa seperti gendang telinga mau pecah. Dalam lima detik, pesawat itu jatuh tepat di depan saya,” katanya. “Ketika saya tiba di lokasi, saya melihat anak-anak tergeletak, beberapa tidak bernyawa. Apakah kita bisa menyelamatkan mereka? Apakah mereka akan kembali ke pelukan orang tuanya?”

Hingga berita ini diturunkan, 78 orang masih dirawat di rumah sakit dengan kondisi kritis, dan proses identifikasi korban yang hangus terbakar pun sedang berlangsung. India bahkan berencana mengirimkan tim medis untuk membantu, meskipun hubungan antara kedua negara terbilang dingin.

Pesawat yang jatuh, F-7 BGI, mengalami “malfungsi teknis” sesaat setelah lepas landas. Pilot, Letnan Penerbangan Mohammed Toukir Islam, berusaha sebaik mungkin untuk mengalihkan pesawat dari daerah padat penduduk. Namun, entah bagaimana, pesawat tetap menghantam sekolah yang hanya berjarak 11 kilometer dari pangkalan udara.

Tragedi ini menjadi kecelakaan pesawat terburuk di ibu kota Bangladesh dalam ingatan terbaru, menambah babak kelam bagi Angkatan Udara dan masyarakat luas. Dapatkah kita membayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang kehilangan anak-anak mereka di kejadian menyedihkan ini? Apakah keadilan akan pernah ditegakkan?

Profile Image Mei-Ling Chen

Source of the news:   ABC News

BANNER

    This is a advertising space.

BANNER

This is a advertising space.