Loading Articles!

Apakah AI Menggantikan Teman Sejati? Remaja Kini Memilih Chatbot untuk Saran dan Dukungan Emosional!

Isabella Martinez
Isabella Martinez
"Wow, ini bikin aku mikir, AI bisa jadi teman atau ancaman ya?"
Giovanni Rossi
Giovanni Rossi
"Apakah kita benar-benar siap untuk AI mengatur hidup kita?"
Hiroshi Nakamura
Hiroshi Nakamura
"Coba bayangkan, chatbot jadi teman kita. Aneh tapi nyata!"
Zanele Dlamini
Zanele Dlamini
"Ini berita yang mengejutkan! Kita butuh lebih banyak diskusi tentang ini."
Carlos Mendes
Carlos Mendes
"Kapan lagi kita bisa ngobrol sama robot? Ini keren!"
Hikari Tanaka
Hikari Tanaka
"Remaja yang lebih dekat dengan AI, apa yang terjadi dengan kemampuan bersosialisasi?"
Michael Johnson
Michael Johnson
"Hmm, mungkin saatnya kita kembali ke cara lama bergaul, ya?"
Hikari Tanaka
Hikari Tanaka
"AI bisa membantu, tapi jangan sampai menggantikan teman nyata."
Giovanni Rossi
Giovanni Rossi
"Ada yang setuju kalau ini bisa jadi masalah besar di masa depan?"
Lian Chen
Lian Chen
"Teknologi bisa jadi sahabat atau musuh, kita yang pilih."

2025-07-23T05:48:37Z


Pernahkah Anda berpikir bahwa remaja saat ini lebih memilih berbicara dengan chatbot daripada teman mereka sendiri? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa generasi muda mulai menggunakan kecerdasan buatan sebagai teman, penasihat, dan bahkan untuk menghindari pemikiran kritis.

Bruce Perry, seorang remaja berusia 17 tahun dari Russellville, Arkansas, mengungkapkan penggunaan AI untuk menyelesaikan tugas sekolah dan menjawab pertanyaan pribadi. “Semua orang kini menggunakan AI untuk segalanya. Ini benar-benar menguasai,” kata Perry. Dan dia bukan satu-satunya—remaja lainnya, seperti Kayla Chege berusia 15 tahun, juga mengandalkan AI untuk berbagai hal, dari tips belanja hingga perencanaan pesta ulang tahun.

Studi terbaru dari Common Sense Media mengungkapkan bahwa lebih dari 70% remaja telah menggunakan teman AI dan separuhnya melakukannya secara rutin. Platform-platform ini, seperti Character.AI dan Replika, dirancang untuk menjadi “teman digital” yang bisa memberikan dukungan emosional, percakapan yang terasa manusiawi, dan kecerdasan sosial yang kian mendebarkan.

Namun, ada kekhawatiran yang berkembang mengenai bagaimana ketergantungan ini dapat memengaruhi hubungan manusia. Ganesh Nair, remaja berusia 18 tahun, mengungkapkan kekhawatirannya ketika sahabatnya mengakhiri hubungan dengan pacarnya menggunakan teks yang ditulis oleh chatbot. “Itu terasa sangat distopia, seolah-olah kita membiarkan komputer menggantikan hubungan kita dengan orang lain,” ujarnya.

Meskipun 31% remaja merasa bahwa percakapan dengan AI lebih memuaskan dibandingkan berbicara dengan teman nyata, ada juga yang tidak mempercayai nasihat yang diberikan AI. Riset menunjukkan bahwa 33% remaja berbicara tentang masalah serius dengan AI alih-alih orang lain.

Michael Robb, penulis utama studi tersebut, memperingatkan bahwa ketergantungan pada AI dapat mencegah remaja mengembangkan keterampilan sosial yang mereka butuhkan di dunia nyata. “Jika remaja mengembangkan keterampilan sosial di platform AI yang terus-menerus memvalidasi mereka, mereka tidak akan siap untuk tantangan dunia nyata,” katanya.

Para peneliti juga mencatat bahwa banyak platform AI memiliki batasan usia yang tidak efektif dan bisa menghasilkan konten berbahaya. “Orang tua benar-benar tidak menyadari ini terjadi,” kata Eva Telzer, seorang profesor psikologi. “Ini berkembang dengan cepat dan memerlukan perhatian serius.” Penggunaan AI di kalangan remaja telah meningkat tajam, dengan banyak yang menggunakannya untuk mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk kesehatan mental dan hubungan sosial.

Profile Image Hana Takahashi

Source of the news:   ABC News

BANNER

    This is a advertising space.

BANNER

This is a advertising space.