2025-07-27T07:54:10Z

---

Di dunia yang penuh dengan kejutan, bagaimana bisa daging keledai menjadi barang bernilai tinggi yang merusak kehidupan hewan? Baru-baru ini, operasi penangkapan di kawasan Tarnol, dekat Islamabad, mengungkapkan realitas kelam dari perdagangan ilegal daging keledai yang meresahkan. Dalam sebuah raid yang dilakukan oleh Islamabad Food Authority (IFA), lebih dari satu ton daging keledai disita, dan lebih dari 50 keledai diselamatkan dari nasib tragis mereka.

Permintaan daging dan kulit keledai ini sangat tinggi, terutama dari China, yang menggunakan keledai tidak hanya untuk konsumsi tetapi juga dalam industri medis tradisional mereka. Menurut laporan dari The Donkey Sanctuary, sebuah organisasi kesejahteraan hewan berbasis di Inggris, jutaan kulit keledai dibutuhkan setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan akan produk bernama e-jiao, yang dikenal dapat meningkatkan kesehatan dan kecantikan.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan produk ini, tidak heran jika praktik pemotongan ilegal keledai semakin marak. E-jiao, yang sudah ada sejak 3.000 tahun lalu, dianggap sebagai warisan budaya yang dilindungi di China. Provinsi Shandong di China sendiri bertanggung jawab atas 90% produksinya di dunia.

Operasi penangkapan ini menjadi sangat penting di tengah lonjakan permintaan internasional untuk daging dan kulit keledai. Menurut pihak berwenang, daging tersebut tidak hanya dijual di dalam negeri, tetapi juga disiapkan untuk diekspor ke luar negeri, melanggar regulasi kesehatan dan keamanan. Semua daging yang disita langsung dimusnahkan di lokasi, sementara penyelidikan lebih lanjut dilakukan untuk mengidentifikasi jaringan pembeli dan pemasok terkait.

Pemrosesan kulit keledai di Pakistan, khususnya di fasilitas Gwadar, direncanakan dapat mencapai 300.000 kulit per tahun, menyuplai sektor kosmetik dan farmasi di China. Terlepas dari potensi ekonomi yang ada, insiden seperti yang terjadi di Tarnol menyoroti risiko perdagangan ilegal yang tidak diatur, dan bagaimana negara harus melindungi hak hewan serta membangun kepercayaan konsumen.

“Ini bukan hanya soal penipuan atau tradisi, tetapi masalah kesehatan dan keselamatan,” ujar seorang pejabat keamanan pangan. Para ahli veteriner dan advokat kesejahteraan hewan mendesak agar ada regulasi yang lebih ketat untuk mencegah penyalahgunaan dan memastikan perlakuan yang manusiawi terhadap hewan.

Dengan populasi keledai di Pakistan mencapai 6.047 juta pada bulan Juni 2025, peningkatan permintaan akan kulit keledai telah membuat harga melonjak, yang pada gilirannya memengaruhi pasar lokal. Masyarakat kini lebih sering melihat keledai sebagai barang ekspor daripada sebagai hewan kerja seperti yang seharusnya.

Ini adalah pelajaran penting bagi Pakistan dalam mengelola sumber daya alamnya sambil tetap memprioritaskan kesejahteraan hewan dan kesehatan masyarakat. Tanpa tindakan tegas, masa depan keledai di negara ini bisa terancam, dan dengan itu, tradisi dan ekonomi lokal juga bisa terpengaruh.