Loading Articles!

Jangan Percaya AI untuk Kesehatan! Kisah Pria yang Hampir Terluka Parah Karena Saran ChatGPT

Derrick Williams
Derrick Williams
"Gak percaya deh, sampai segitunya! Kenapa bisa percaya sama AI?"
James Okafor
James Okafor
"Ini pelajaran penting! Jangan asal ikuti saran dari chatbot!"
Carlos Mendes
Carlos Mendes
"Gara-gara AI, dia hampir kehilangan akal sehatnya. Tragis!"
Darnell Thompson
Darnell Thompson
"Paranoia dan halusinasi? Bayangkan kalau dia pakai AI untuk diet ya!"
Sofia Mendes
Sofia Mendes
"Kok bisa-bisanya ganti garam sama racun? Cuman di film horor sih!"
John McGregor
John McGregor
"Duh, jangan sampai kita tergantung sama teknologi begini!"
Zanele Dlamini
Zanele Dlamini
"Jadi, apa kita harus berhenti pakai ChatGPT? 🤔"
Thelma Brown
Thelma Brown
"Racun di dapur? Siapa yang butuh film horor kalau ada kisah ini!"
Sofia Mendes
Sofia Mendes
"Saran kesehatan dari AI? Lebih baik tanya dokter langsung, guys!"
Rajesh Patel
Rajesh Patel
"Semoga pria ini cepat sembuh! Ini pelajaran berharga banget!"

2025-08-11T19:47:46Z


Bayangkan mengubah garam meja Anda dengan racun! Ini bukan film thriller, tapi kenyataan yang dialami seorang pria berusia 60 tahun setelah mengikuti saran dari ChatGPT. Kejadian ini, yang diungkap dalam American College of Physicians Journals, menyoroti bahaya mengandalkan kecerdasan buatan untuk nasihat kesehatan.

Pria tersebut, yang mengetahui efek negatif dari sodium klorida, memutuskan untuk bertanya kepada ChatGPT tentang alternatif yang lebih sehat. Apa jawabannya? Ganti klorida dengan sodium bromida, senyawa yang pernah digunakan dalam pengobatan tetapi kini dikenal beracun dalam jumlah besar. Setelah tiga bulan mengonsumsi sodium bromida, dia mulai mengalami gejala neuropsikiatri yang parah, termasuk paranoia dan halusinasi, serta masalah dermatologis yang serius.

Dia dilarikan ke rumah sakit dengan kecurigaan awal bahwa tetangganya telah meracuni dia. Namun, setelah pemeriksaan lebih lanjut, dokter mendiagnosisnya dengan bromisme, kondisi yang disebabkan oleh paparan bromida yang kronis. Yang mengejutkan, pria ini sebelumnya tidak memiliki riwayat psikiatri atau medis yang signifikan.

Setelah mendapatkan perawatan dengan cairan dan elektrolit, kondisinya stabil dan memungkinkan evaluasi psikiatri. Setelah tiga minggu di rumah sakit, dia akhirnya diperbolehkan pulang dengan kondisi mental yang stabil.

OpenAI, pengembang ChatGPT, menyatakan dalam syarat penggunaan mereka bahwa layanan ini tidak dimaksudkan untuk diagnosis atau perawatan medis. Jadi, seberapa banyak kita seharusnya mempercayai AI dalam hal kesehatan? Mungkin sudah saatnya kita memikirkan kembali panduan kesehatan yang kita terima, bahkan dari sumber yang tampak cerdas!

Profile Image Lars Andersen

Source of the news:   iHeart

BANNER

    This is a advertising space.

BANNER

This is a advertising space.